Archive for the ‘cermin jiwa’ Category
Sikap Manusia Terhadap al-Qur’an
1. Ada tiga golongan manusia (dengan sikapnya masing-masing) dalam menerima #Quran.
2. Golongan pertama adalah zhalimun li nafs, yaitu golongan manusia yang mendzhalimi dirinya sendiri #Quran
3. Golongan pertama ini sikapnya selalu menolak apa yang diperintahkan #Quran. Mereka selalu mencari alasan untuk tidak menjalaninya.
4. Golongan pertama ini adalah orang2 yang hatinya sudah tertutup (kufr) dari cahaya #Quran. Mereka pun memusuhi orang2 beriman. Read the rest of this entry »
Tabayun ála Socrates
Suatu hari, Socrates didatangi seorang kenalannya dan berkata kepada filusuf besar itu, “Tahukah Anda, apa yang saya dengar tentang teman Anda dari orang lain?”
Sebelum membiarkan kenalannya itu berkata lebih jauh, Socrates memberikan tes sederhana yang disebutnya Triple Filter Test. Kenalannya itu setuju, dan mereka pun melanjutkan pembicaraan. Read the rest of this entry »
#1 Pagi yang Indah
Beberapa waktu yang lalu, aku membaca sebuah surat elektronik dari salah seorang teman ku. Judulnya “Surat Cinta untuk Calon Istri Ku”. Isinya begitu romantis sekali. Tak ku sangka, ia begitu berani menuliskannya, bahkan mengirimnya secara terbuka kepada beberapa milis serta memposting surat tersebut di blog pribadinya.
Sejenak aku merenung, ia saja yang belum jelas istrinya, berani menulis dan mempublikasikannya seperti itu. Sepertinya, aku lebih pantas menulis seperti itu, untuk istriku ya..
Adalah Engkau
Adalah engkau dia yang ku rindu
Tuk menjadi bunga di hatiku
Menjadi peneduh kalbu
Di perjalananku
Tibalah waktu yang telah ku rindu
Tuk selalu bersama dengan mu
Tlah terbuka pintu itu
Akad tlah terucap sudah
Dinda marilah melangkah
Dinda temanilah aku di setiap detik ku
Dengan doamu
Bila terpisahkan waktu
Tetaplah di sini di dalam hatiku
Ya Rabbi izinkanlah kami
Untuk terjaga selalu di jalan-Mu
Dinda doamu laksana pelepas dahaga
Di lelahnya jiwa
Adalah engkau dia yang kurindu
Tuk selalu hadir dihidupku
Mengiringi setiap langkah saat menuju
Acuan hidup ini
.
-seismic-
Untuk Mereka
Tuhan,
Sepertinya ku tak perlu menyampaikan seperti ini
Yang mungkin sekedar retorika belaka
Tapi, ini bukan untuk Mu
Tapi, ini untuk mereka yang senantiasa bertanya
Wahai Dunia
Wahai dunia, pergilah engkau!
Aku sudah tidak mempunyai apa-apa lagi untuk kau ambil
Jejak-jejak usaha yang dahulu aku banggakan
Begitu saja engkau rengkuh tak tersisa
.
Wahai dunia, pergilah engkau!
Aku sudah tidak memiliki apa-apa lagi untuk kau rebut
Tetesan jejak karya yang dahulu aku bersamanya
Begitu saja engkau himpun dan berlalu
.
Kelapangan
Bukankah Kami telah melapangkan dadamu?,
dan, Kami pun telah menurunkan bebanmu dari mu,
yang memberatkan punggungmu,
dan Kami tinggikan sebutanmu bagi mu.
Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan,
sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.
Maka apabila engkau telah selesai, tetaplah bekerja keras,
dan hanya kepada Rabbmu lah engkau berharap.
(al-Insyirah: 1-8)
Tentang Harap
Dalam ujung waktu itu
Harap bertanya dalam diam
Mengapa ia harus ada
Tak ada kata-kata yang mampu bercerita
Kalam pun terpaku senyap
Bahasa yang terbiasa bersuara
Kini, pergi dalam hilang
Seiring suara yang tenggelam dalam sepi
Persimpangan Masa
Dalam setiap jengkal waktu yang dahulu selalu ku lalui
Detik-detik itu kini hadir dalam serpihan makna yang memunculkan tanya
Kegamangan seakan kini hadir menjadi sosok yang buas
Meruntuhkan setiap celah yang biasa ku anggap itu sebagai harap
Setiap kali bertampak, mereka mengkritisi setiap puing keyakinan
Yang hingga kini masih mencoba tegak berdiri, di ujung yang mulai redup memudar Read the rest of this entry »